Tidak Hanya Cetak Pendekar Cilik, Kiai Sunni Sebut Padepokan Wali Songo di Pasongsongan juga sebagai Wadah Pendidikan Karakter

Didirikannya Padepokan Wali Songo di Pasongsongan tidak hanya mencetak pendekar cilik dengan berbagai keahlian bela diri yang diajarkannya. Jauh lebih dari itu, padepokan yang berada di bawah naungan Pimpinan Anak Cabang (PAC) Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU) Pagar Nusa Pasongsongan juga sebagai wadah dalam meningkatkan pendidikan karakter siswa.

Hal itu disampaikan K Ahmad Sunni saat turut latihan pencak silat di padepokan tersebut pada Sabtu (20/07/2024) malam, Dusun Morasen, Desa Pasongsongan.

“Pendidikan karakter itu tidak hanya ditanamkan lewat sekolah formal saja, melainkan juga bisa melalui kegiatan yang dapat mengembangkan diri siswa seperti pencak silat,” tuturnya kepada bintangsembilannews.com.

Pasalnya dalam dunia pencak silat, lanjut Ketua Padepokan Wali Songo Pasongsongan itu, tidak hanya mengembangkan kemampuan fisik siswa, tetapi juga menanamkan jiwa sportivitas, kepercayaan diri, disiplin, kejujuran, toleransi, ketahanan mental, cinta tanah air, dan lain sebagainya.

“Karakter tersebut bisa ditanamkan melalui latihan secara terus-menerus dengan melibatkan unsur jasmani, rohani, serta spiritual yang disenergikan secara tepat dan terarah,” terang dia.

Karena itulah wajar jika Ki Hajar Dewantara, menurut Kiai Sunni, menaruh perhatian kepada pencak silat, sehingga Tamansiswa tercatat sebagai sekolah formal pertama di Indonesia yang memasukkan bela diri pencak silat dalam kurikulumnya. 

“Meskipun pada saat itu dilarang oleh Pemerintah Kolonial Belanda, namun Ki Hajar Dewantara tetap memerintahkan kepada Mohammad Djoemali agar mengajarkan pencak silat dalam sekolah Tamansiswa,” tandasnya.

Sedangkan Pagar Nusa sendiri, Kiai Sunni menjelaskan, lahir dari keprihatinan para kiai NU terhadap semakin menyusutnya ilmu bela pencak silat di pesantren saat itu. Padahal, pada awalnya pondok pesantren merupakan lumbung dari kegiatan ilmu bela diri tersebut.

“Sebagai bukti perhatian lebih para kiai NU terhadap pencak silat, pada tahun 1986, tepat di Pesantren Lirboyo, Pagar Nusa secara resmi dibentuk. Karena itu, kami mengajak kepada semua pihak untuk tetap melanjutkan dan mempertahankan pencak silat sebagai warisan luhur dari para kiai dan ulama kita terdahulu,” pungkas dia.






Pewarta: Fadil
Editor: Sofiyah
Dokumen: MWCNU Pasongsongan

Posting Komentar

0 Komentar