1 Syawal atau hari
raya Idul Fitri merupakan rentetan puncak setelah melaksanakan ibadah selama
bulan Ramadhan. Sebagai hari kemenangan bagi seluruh umat Islam, maka Idul Fitri
menjadi momentum yang tepat untuk bermuhasabah agar seseorang menjadi lebih
baik setelah satu bulan penuh mejalankan ibadah puasa.
Hal itu
disampaikan Ketua MWCNU Pasongsongan K Ahmad Riyadi saat menyampaikan materi khutbah
hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1444 H. di Masjid Al-Falah, Panaongan, Pasongsongan,
Sabtu (22/04/2023).
“Setelah Ramadhan
ini, diri kita harus menjadi semakin baik dengan lebih dekat dan taat kepada
Allah Swt. Karena itu, jadikanlah Idul Fitri kali ini sebagai momentum untuk muhasabah
agar kita menjadi hamba yang selalu melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya,” ungkapnya.
Di dalam Al Qur’an,
terang Kiai Riyadi, Allah Swt. melarang perbuatan syirik, zina, riba, mengambil
harta anak yatim, minum minuman keras, memutus silaturahmi, ghibah dan mengadu
domba.
“Perbuatan yang
dilarang Allah Swt. namun sering kita lakukan adalah ghibah. Membicarakan keburukan
orang lain memang mengasyikkan, apalagi saat ngopi atau nongkrong bersama. Padahal
kita sadar perbuatan tersebut dilarang oleh Allah Swt.,” jelasnya.
Lebih lanjut, Kiai
Riyadi juga menyebutkan beberapa penyakit hati yang dapat menggugurkan amal
ibadah seseorang, diantaranya berbohong, sombong, ujub, riya’, berprasangka
buruk (su'uzon), membatalkan sedekah dengan menyebut nominalnya, dan menyakiti
seseorang yang menerima sedekah.
“Di era digital, kita
kerap terjebak dengan riya’. Misalnya, memposting santunan pribadi di media
sosial. Terkecuali tujuannya untuk syiar, maka hal itu beda persoalannya,” katanya.
Oleh karena itu, pada
perayaan hari raya Idul Fitri kali ini, mantan aktivis PMII Jember itu menganggap
penting bermuhasabah dengan memperbanyak dzikir kepada Allah Swt., introspeksi kesalahan
diri sendiri, tidak marah dengan nafsu, gemar membantu orang lain, mudah
memaafkan kesalahan orang lain, selalu mendoakan orang lain dengan kebaikan,
dan tidak segan memberikan nasehat.
“Menghargai
perbedaan juga termasuk sikap yang harus kita persiapkan di hari yang fitri ini.
Sebab, perbedaan itu memiliki banyak hikmah tentang bagaimana kita menghargai
orang lain. Misalnya, tentang perbedaan dalam penetapan 1 Syawal 1444 H ini,” imbuhnya.
Di akhir penyampaian,
dirinya mengajak kepada seluruh jamaah yang hadir agar selalu memohon ampunan
serta bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah Swt.
“Di hari yang
fitri ini, mari kita selalu memohon ampunan serta bersyukur atas nikmat-Nya,
sehingga kita masih dipertemukan dan berkumpul di tempat yang mulia ini,”
pungkasnya.
Pewarta: Hamdan
Editor: Siti Sofiyah
Dokumen: MWCNU
Pasongsongan
0 Komentar