NU Online Pasongsongan
Refleksikan hari lahir (harlah) ke-99 NU, Lembaga Ta'lif wan Nasyr (LTN) NU Pasongsongan gelar kajian kitab Risalah Ahlissunnah wal Jamaah karya Hadratus syekh KH Hasyim Asy'ari, Ahad (06/02/2022).
Kajian yang dibimbing langsung oleh Ra Ahmad Kusayri, Sekretari LTM NU Pasongsongan, dipusatkan di kediaman Wakil Rais Syuriyah MWCNU Pasongsongan, Kiai Ahmad Fajar Syiddiq, Dusun Lebak, Desa Pasongsongan.
Selain diikuti oleh beberapa pengurus ranting dan MWC, acara juga ramaikan oleh hadirnya anggota Perkumpulan Pemuda Nahdliyin (PPN) binaan Ranting NU Pasongsongan I.
Sebagai pengantar, Ra Ahmad Kusyari mengatakan bahwa kitab risalah tersebut hadir sebagai respon dari gerakan modernisme Islam di Indonesia saat itu.
“Upaya intelektual Mbah Hasyim yang dituangkan dalam kitab ini merupakan bentuk usaha demi mempertahankan paham Ahlussunnah wal Jamaah di Indonesia,” terangnya.
Suksesnya koloborasi Muhammad bin Abdul Wahhab dan Ibnu Saud dalam mendirikan Kerajaan Saudi, bagi Ra Kusyari sapaan akrabnya merupakan cikal bakal menyebarnya paham Wahabi ke berbagai negara, termasuk pula menjadi ancaman bagi Indonesia saat itu.
“Hal ini pulalah yang melatarbelakangi lahirnya kitab tersebut. Sebab, jika hal itu dibiarkan oleh Mbah Hasyim, maka yang tidak sepaham dengan Wahabi dianggap kafir. Ziarah kubur di larang, dan lain sebagainya,” terangnya.
Sementara dalam mendefinisikan Aswaja, di kitab tersebut menurut alumni Pondok Pesantren Lirboyo itu adalah paham yang mengikuti mazhab Imam Syafi’i, utamanya dalam bidang fikih.
“Tapi, di qonun asasi NU, Mbah Hasyim menyebutkan empat mazhab, yakni Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali di bidang fikih,” tuturnya.
Sedangkan di bidang aqidah, tambah Ra Kusyari mengikuti Imam Abul Hasan al-Asy’ari dan Imam Abu Manshur al-Maturidi.
“Di bidang tasawuf mengikuti mazhab Imam al-Junaid al-Baghdadi dan Imam al-Ghazali,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Ahlussunnah sebagaimana di kutib dari Hadratus syekh KH Hasyim Asy'ari, Ra Kusyari menyebutkan sebagai kelompok yang konsisten memegang sunnah Rasulullah SAW.
“Namun, sunnah dalam pengertian Mbah Hasyim tidak hanya tertuju pada perilaku Nabi SAW. Melainkan juga apa yang dilakukan para sahabat, termasuk pula Khufaur Rasyidin,” terangnya.
Sementara itu, wal jamaah menurut pria yang pernah nyantri di Ponpes Lapang Ambunten itu memiliki makna tentang pentingnya menyatukan umat Islam dalam satu wadah.
“Karena itu wajar jika Mbah Hasyim tidak
hanya menjadi tokoh di NU, melainkan juga pernah menjadi ketua di Masyumi,”
pungkasnya.
Pewarta: Fauzi
0 Komentar