NU Online Pasongsongan
Pada Ahad (06/06/21) malam, Pengurus Cabang Lembaga Takmir Masjid Nahdlatul Ulama (PC LTM NU) Sumenep menggelar turba (turun ke bawah) ke LTM MWCNU Pasongsongan.
Acara yang dipusatkan di Kantor MWCNU Pasongsongan, hadir beberapa pengurus PC LTM, antara lain K. Wakid, Mun’im dan Aminullah. Hadir pula K. Hosnan Mustafa Wakil Ketua PCNU Sumenep dan Yussalam Ketua PC Lazisnu.
Ahmad Riyadi dalam sambutannya mengungkapkan bahwa penguatan masjid menjadi garapan serius dalam kepengurusannya untuk lima tahun ke depan. Sebab, mengingat fakta di lapangan, Ketua MWCNU Pasongsongan itu melihat masjid kerap disalahgunakan oleh sebagian kelompok untuk menebar kebencian berlandaskan paham keagamaannya yang eksklusif.
“Tanpa bermaksud ingin merebut masjid, tapi persoalan tersebut merupakan persoalan serius bagi warga nahdliyin. Dan, tentu juga menjadi PR bagi kita bersama,” katanya.
Selain itu, penguatan masjid menurut dirinya menjadi sangat penting sebagai salah satu basis gerakan NU di semua tingkatan, khususnya di tingkat ranting.
“Untuk penguatan masjid, pengurus perlu melakukan pendekatan atau menjalin hubungan baik dengan kiai kulttural. Sebab, sebagian besar masjid, khususnya di Pasongsongan, dikelola oleh para kiai,” jelasnya.
Sementara itu, Kiai Wakid menilai keberadaan masjid di Sumenep masih jauh dari harapan sempurna. Menurut data yang diperolah, dirinya menyebutkan jumlah masjid di Sumenep sebanyak 1600 dan 3000 mushalla. Dari sekian jumlah masjid dan mushalla tersebut, hampir separuh milik warga NU. Namun, keberadaannnya masih memprihatinkan,
Ketua PC LTM itu menganalisa, ada beberapa hal yang menyebabkan keberadaan masjid jauh dari harapan sempurna. Pertama, pengelolaan kepengurusan takmir yang kurang aktif. Kedua, semangat membangun masjid jauh lebih kuat dari pada mengisi kegiatan masjid.
“Masjid tidak cukup hanya dengan menyempurnakan bangunannya. Menghidupkan masjid dengan mengaktifkan struktur kepengurusannya juga menjadi hal yang tak kalah penting,” tandasnya.
Terkait kegiatan masjid, jebolan pondok pesantren Lirboyo itu mengharap agar masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah, melainkan juga sebagai tempat untuk mendiskusikan berbagai persoalan sosial, sehingga masjid menjadi pusat peradaban layaknya masjid di masa Nabi Muhammad Saw.
“Masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah, tapi juga sebagai tempat untuk membicarakan persoalan pertanian, kemaritiman, dan persoalan sosial lainnya,” ungkapnya.
Selain itu, dirinya juga mensosialisasikan dua program PC LTM NU Sumenep. Pertama, bersih-bersih masjid yang merupakan program turunan PBNU. Kedua, pelatihan muharrik masjid hasil dari konferensi.
“Bersih-bersih masjid ini bisa bekerja sama dangan puskesmas dan BMT NU Gapura yang memang menyediakan dana untuk hal tersebut,” pungkasnya.
Pewarta: Amir
Editor: Ahmad Junaidi
Dokumen: MWCNU Pasongsongan
0 Komentar