Dalam diskusi rutin yang digelar di Kantor MWCNU Pasongsongan, Ahad (09/05/21) malam, Asyikurahman sebagai pemateri mengungkapkan bahwa ada banyak jalan menuju Tuhan, di antaranya sebagaimana yang ditulis dalam cerpen “Ah, Sungguh” merupakan jalan lain menuju Tuhan.
“Menuju Tuhan itu tidak hanya dengan beribadah sebagaimana umumnya yang kita kenal. Ada banyak jalan, termasuk dalam cerpen yang saya tulis ini,” katanya.
Pergulatan tokoh utama dalam cerpen tersebut, menurut dirinya, kemaksiatannya pada akhirnya mengantarkannya pada arti sebuah taubat yang sesungguhnya.
“Sehingga, tokoh utama benar-benar menangis dangan tangisan yang sesungguhnya atas dosa yang ia perbuat,” ungkapnya.
Lebih lanjut, pemilik nama Acikku Acik itu juga menegaskan bahwa orang yang merasa dan sadar atas dosanya jauh lebih mulai dari pada orang yang merasa paling mulai di hadapan-Nya.
“Kita bukan malaikat yang tak lepas dari salah dan dosa. Karena itu, merasa sebagai mahluk paling hina dihadapan-Nya adalah hal yang paling mendasar daripada merasa paling dekat dengan-Nya,” jelasnya.
Insan Kamil yang saat itu menjadi moderator juga mengungkapkan bahwa perempuan dalam cerpen tersebut hanyalah simbol.
“Karena seorang perempuan, kita bisa mengenal dunia, bahkan Sang Pencipta. Karena sesungguhnya kita lahir dari rahim perempuan,” tandasnya yang akrab disapa Nisan.
Sementara itu, Ahmad Jasimul Ahyak sebagai pembanding mengatakan, ada banyak yang ingin disampaikan dalam cerpen Asyikurahman. Utamanya terkait tasawuf.
“Sekalipun masih butuh pembenahan, utamanya dalam proses kreatif, namun cerpen tersebut sangat menarik untuk dikaji,” ungkapnya.
Karena itu, dirinya yang masih aktif sebagai Ketua Lesbumi MWCNU Pasongsongan tersebut mengharap akan lahir cerpen-cerpen baru dari penggerak NU Pasongsongan.
“Saya berharap, akan lahir sastra-sastrawan baru di Pasongsongan,” pungkasnya.
Pewarta: Amir
Editor: Moh. Junaidi
Foto: Dokumen MWCNU Pasongsongan
0 Komentar